MENU

Hadirkan Ust. Dr. Wido Supraha, M.Si, KUTTAB Bintang Cendekia Taja Sekolah Orang Tua

Hadirkan Ust. Dr. Wido Supraha, M.Si, KUTTAB Bintang Cendekia Taja Sekolah Orang Tua

PEKANBARU - Salah satu sekolah Level Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) di bawah Yayasan Bintang Cendekia Jalan Lobak, Kelurahan Delima, Kecamatan Binawidya, Kota Pekanbaru, Riau telah melakukan Sekolah Orangtua KUTTAB pada hari Sabtu, 12 Agustus 2023 di Masjid Sekolah Bintang Cendekia pada pukul 07.30 WIB hingga selesai.

Sekolah Orangtua KUTTAB ini mengangkat tema : "Yaa Bunayya" diisi oleh pemateri Ust. Dr. Wido Supraha, M.Si (Direktur Institut Adab Insan Mulia | Kepala Pusat Studi Islamisasi Sains Sekolah Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor). Sekolah Orangtua ini merupakan agenda bulanan seluruh Orangtua santri KUTTAB beserta guru yang ada di bawah Yayasan Bintang Cendekia.

Acara dibuka dengan kata sambutan dari perwakilan Guru Yayasan Bintang Cendekia dan pembacaan ayat suci Al - Qur'an surat Luqman. Dilanjutkan dengan penyampaian materi Sekolah Orangtua oleh Ustadz Wido.

Ustadz Wido membuka pemaparannya dengan mengingatkan orangtua untuk waspada dalam mendidik dan mendampingi anak. Dan mengajak orangtua dan para guru untuk merujuk cara mendidik anak-anak dengan cara pandang Al-Qur'an.

"Cara pandang muaddib (guru) harus merujuk kepada Al-Qur'an. Karena guru itu tidak saja digugu tapi juga ditiru oleh anak-anak kita." Paparnya.

Lafaz ‘ya bunayya’ dapat ditemukan pada 6 (enam) tempat dalam 4 (empat) surat, yakni pada Surat Hud [11] ayat 42, Yusuf [12] ayat 4-6, Luqman [31] ayat 13-17, dan As-Shaffat [37] ayat 102. Seluruh ayat ini secara umum menggambarkan betapa seharusnya perhatian Ayah yang berdaya kepada anak-anak biologisnya dalam mendampingi tumbuh besarnya bahkan ujian kehidupannya adalah sebuah keniscayaan. Hal ini juga menjelaskan betapa pentingnya komunikasi penuh kasih dalam membimbing generasi muda untuk berjalan dalam adab dan ilmu.

Seluruh dialog dalam Al-Qur’an yang mengangkat lafadz ‘Ya Bunayya’ adalah dialog yang dilakukan oleh Ayah, bukan Bunda. Hal ini telah menginspirasi banyak Ayah agar bukan saja semakin semangat dalam membangun pola komunikasi efektif dengan anak-anaknya, namun juga komunikasi yang dibangun dengan penuh kasih dan cinta, penuh kelembutan dan perhatian yang mendalam, penuh dengan nilai-nilai emosional dari hati ke hati.

Dengan panggilan ‘Ya Bunayya’, diharapkan seorang anak tidak saja memberikan perhatiannya pada apa yang akan disampaikan oleh ayahnya, tapi juga menyiapkan jiwanya untuk menerima dengan penuh penghayatan. Caranya sebagai berikut:

*Pertama : Ayah Yang Bertanggung Jawab*

Menurut Wahbah az-Zuhaili (1932-2015 M), lafazh ya bunayya dapat diartikan sebagai panggilan lembut yang menunjukkan kasih sayang terhadap anak. Seorang ayah yang bertanggung jawab adalah ayah yang selalu mengingatkan anak-anaknya untuk merawat keimanan kepada Allah SWT., dan agar selalu istiqamah dan khawatir dengan konsekuensi yang berat jika tidak istiqamah.

Dalam Surat Hud [11] ayat 42, terdapat kisah akan durhakanya anak Nabi Nuh a.s. yang tidak mau tunduk kepada Allah SWT.

وَهِيَ تَجْرِيْ بِهِمْ فِيْ مَوْجٍ كَالْجِبَالِۗ وَنَادٰى نُوْحُ ابْنَهٗ وَكَانَ فِيْ مَعْزِلٍ يّٰبُنَيَّ ارْكَبْ مَّعَنَا وَلَا تَكُنْ مَّعَ الْكٰفِرِيْنَ

Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, “Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.”

Betapapun durhakanya anaknya kepada perintah ayahnya, ternyata tidak membuat hilangnya kecintaan Nabi Nuh a.s. sebagai ayah kepada anaknya. Bahkan, dengan tetap memanggil anak tersebut dengan: Ya Bunayya.

"Pada akhirnya Nabi Nuh a.s. menagih janji Allah SWT untuk mengampuni anaknya, sebagai wujud cinta ayah kepada anak. Namun, Allah SWT menolaknya karena anak yang kafir tidak lagi menjadi bagian keluarga." Ucap Wido.

*Kedua : Ayah Yang Memberikan Pengantar Ilmu*

Seorang Ayah hendaknya menyempatkan waktu khusus untuk mendengarkan sharing dari anak-anaknya dengan adab mendengar yang baik. Di antara adab yang dimaksud adalah dengan menampakkan raut wajah yang baik, dihiasi senyuman, pandangan mata yang teduh menatap wajah anak, dan menyimak dengan sungguh-sungguh apa yang disampaikan Ananda.

Dahulu, Nabi Yusuf a.s. saat masih kecil pernah bermimpi, dan segera menyampaikan mimpinya kepada ayahnya, Nabi Ya’qub a.s., empat mata. Allah SWT berfirman dalam Yusuf [12] ayat 4-6:

اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا اِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ وَكَذٰلِكَ يَجْتَبِيْكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَعَلٰٓى اٰلِ يَعْقُوْبَ كَمَآ اَتَمَّهَا عَلٰٓى اَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَۗ اِنَّ رَبَّكَ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ

(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.”

Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.”

Dan demikianlah, Tuhan memilih engkau (untuk menjadi Nabi) dan mengajarkan kepadamu sebagian dari takwil mimpi dan menyempurnakan (nikmat-Nya) kepadamu dan kepada keluarga Yakub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada kedua orang kakekmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sungguh, Tuhanmu Maha Mengetahui, Maha bijaksana.

Seorang Ayah hendaknya memberikan arahannya yang mengandung motivasi, menguatkan dan pilihan terbaik untuk dapat ditindaklanjuti oleh anak-anaknya.

"Anak 1-4 SD lebih percaya gurunya daripada orangtuanya. Sedangkan 5-6 SD anak lebih percaya dengan temannya. Maka dari itu, ayah ibu harus kerjasama dengan gurunya. Ayah dan ibu harus lakukan rekayasa sosial engineering dengan gurunya." Papar Wido menggambarkan fakta di lapangan.

*Ketiga : Ayah Yang Menguatkan Adab*

Seorang Ayah di tengah kesibukannya, hendaknya menyempatkan untuk memberikan penguatan adab. Sebagai sosok yang diibaratkan ‘Kepala Sekolah’ di wilayah pendidikan berbasis rumah, pengantar adab darinya sangat menentukan efektifitas proses pendidikan. Pengantar dari seorang Ayah yang berdaya, akan membuat Bunda sebagai ‘Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum’ lebih mudah dalam menurunkan dalam program dan target-target pendidikan.

Sosok Lukman menarik untuk dibahas, karena meskipun tidak ada penegasan bahwa beliau seorang Nabi, tapi nama beliau dipilih Allah SWT sebagai salah satu nama Al-Qur’an. Ini menunjukkan bahwa beliau sosok yang penuh hikmah, sehingga bisa membagi hikmahnya kepada anak-anaknya.

Pesan-pesan kebijaksanaan beliau kepada anaknya dapat dilihat dalam surat Luqman [31] ayat 13-19:

وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ اِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

"Pelajaran pertama itu pengenalan kepada Allah SWT. dengan memberikan pengantar dengan cara mengobrol, agar anak kenal Tuhannya dan dijauhi dari syirik." Ucap Wido menjelaskan kisah Luqman.


يٰبُنَيَّ اِنَّهَآ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُ اِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ

(Lukman berkata), ”Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti.

"Pelajaran berbuat baik itu diajarkan dari yang kecil-kecil. Salah satu teratur dalam urusannya. Misalkan ada tempat buku, ada tempat sepatu. Akan membuat cara berpikir teratur." Jelasnya.


يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ

Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.

"Alat ukur anak kita salat itu dengan anak itu menikmati salat bukan sekedar anak salat. Dengan dimulai dari menikmati wudu, salat dan dzikir." Papar Wido.


وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ

Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.


وَاقْصِدْ فِيْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَۗ اِنَّ اَنْكَرَ الْاَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ

Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

"Mulai saat ini haramkan anak-anak kita usia 0-12 tahun pegang handphone. Faktanya anak-anak gila karena terpapar handphone terlalu lama." Ucap Wido.

*Keempat : Ayah Yang Memperhatikan Tumbuh Kembang Anak*

Seorang ayah harus mampu memilih kata-kata yang disesuaikan dengan tumbuh kembang umur anak-anaknya. Hal ini meliputi saat memberikan penugasan atau memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka. Allah SWT berfirman dalam As-Shaffat [37] ayat 102:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

"Bagus sekali dibiasakan anak-anak sebelum berangkat sekolah untuk meminta do'a terlebih dahulu kepada Ayahnya maupun ibunya." Papar Wido.

Dari seluruh ayat yang mengandung ‘Ya Bunayya’ dalam Al-Qur’an yang telah kita kupas di atas, setidaknya terdapat 9 (sembilan) motivasi terbaik yang hendaknya sangat prioritas untuk disampaikan oleh seorang Ayah kepada anak-anaknya, sebelum ia mendengarkan dari selainnya. Di antara motivasi tersebut adalah:
1). Selalu berkumpul dengan orang-orang shalih, dan memberikan warna kepada orang-orang shalih;
2). Cintailah ilmu dan bersabarlah dalam menjemput dan menegakkan ‘ilm;
3). Jangan mendekati perilaku syirik dan jangan durhaka kepada kedua orang tua;
4). Berbahagialah dengan perbuatan sekecil apapun, jangan meremehkannya, karena tidak lahir peradaban tanpa pemuliaan pada adab-adab yang kecil;
5). Rawatlah ibadah shalat dengan penuh penghayatan;
6). Jangan malu untuk mengajak teman-temannya kepada yang ma’ruf dan mencegah mereka dari yang munkar;
7).Berbahagialah dengan setiap musibah dalam kehidupan;
8). Tidak ada kesuksesan sejati tanpa tadhiyyah (pengorbanan), maka berikanlah pengorbananmu yang terbaik;
9). Jangan memiliki sifat dan berperilaku yang menggambarkan al-kibr (kesombongan).

Semoga Allah SWT memudahkan anak-anak kita menjadi anak-anak yang siap bergerak bersama bimbingan terbaik dari Ayahnya yang berdaya. Acara pun ditutup dengan hikmat. Acara ini bisa ditonton ulang di Live Streamingnya: https://bit.ly/Streeming-Sekolah-Orangtua-Seri-1

Laporan dari : Yenni Sarinah, S.Pd (Kontributor Pekanbaru)

diambil dari sumber: https://www.radarindonesianews.com/sekolah-bintang-cendekia-hadirkan-ust-dr-wido-supraha-m-si-taja-sekolah-orang-tua-dengan-tema-yaa-bunayya/

https://www.instagram.com/reel/Cv1SoIZtXGk/?utm_source=ig_web_button_share_sheet&igshid=MzRlODBiNWFlZA==

 

KOMENTAR